Saran Psikolog Soal Tradisi Perpeloncoan Berbau 'Bullying' di Sekolah



Jakarta - Perundungan atau bullying kerap terjadi di sekolah. Masa-masa awal sekolah acap kali jadi ajang senior untuk melanggengkan 'budaya' berkuasa atas juniornya. Lalu, bagaimana seharusnya siswa memutus 'budaya' tersebut?

Peran sekolah sangat dibutuhkan untuk menghentikan perundungan bagi siswa. Menurut psikolog dari RS Pondok Indah, Jane Cindy Linardi, M.Psi, CGA, senioritas di tahap-tahap awal masuk sekolah yang bermula dari Masa Orientasi Siswa (MOS) bisa diretas dengan melibatkan guru di setiap kegiatan, bukan malah memberi wewenang sepenuhnya pada senior.

"Kalau misalnya ditemukan, nih 'Oh, kegiatan MOS ini kalau dilepas begitu saja, diserahkan semua kegiatan yg membuat kegiatannya senior', kan pasti seniornya merasa 'Oh boleh melakukan kegiatan apa aja sama junior'. Nah MOS-nya itu yang diubah," ujar Jane saat ditemui detikHealth, Kamis (18/7/2019).



Di samping itu, guru-guru tak boleh lepas tangan dari kegiatan yang dibuat siswa. Meski siswa kelas atas diberi kewenangan untuk mengatur adik kelas, peran guru turut diperlukan untuk memastikan kegiatan bebas dari senioritas.

"Senior boleh mendampingi, yang banyak membuat aktivitas dari guru. Toh kalau senior yang mau melakukan, gurunya harus berperan aktif untuk mengawasi kegiatan tersebut sehingga menghindari senioritas," jelas Jane.

Adaptasi dengan lingkungan sekolah yang lazimnya satu semester pertama sering membuat senior merasa patut 'dihormati'. Sejatinya menjadi senior berarti mengayomi dan mendampingi junior, bukan untuk pamer kekuasaan karena belajar lebih awal di sekolah. Sehingga, siswa tingkat bawah tak perlu takut memberitahu pihak sekolah kalau mereka diperlakukan tak baik oleh senior.


Comments